oleh: Muhammad Alriefqi, M.Sc
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan hutan gambut tropis terluas di dunia, dengan luas mencapai sekitar 20,6 hingga 22 juta hektar. Luas ini menjadikan Indonesia sebagai pemilik lahan gambut tropis terluas kedua di dunia setelah Brazil. Hutan gambut di Indonesia tersebar terutama di pulau Sumatra (35%), Kalimantan (30%), Papua (30%), dan Sulawesi (3%). Keberadaan hutan gambut tropis ini tidak hanya penting bagi Indonesia, tetapi juga bagi dunia karena perannya dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Hutan gambut tropis adalah ekosistem unik yang terbentuk dari akumulasi bahan organik, seperti sisa-sisa tumbuhan, yang terurai dalam waktu lama. Menurut Kementerian Kehutanan (2017), gambut adalah sisa bahan organik yang terurai dan menumpuk selama ribuan tahun dalam kondisi basah. USDA (2014) mendefinisikan tanah gambut sebagai “Histosols”, yaitu tanah yang terbentuk dalam kondisi jenuh air selama setidaknya 30 hari dalam setahun, dengan ketebalan lapisan minimal 40-60 cm tergantung tingkat dekomposisi dan kepadatannya.
Hutan gambut tropis memiliki karakteristik khusus, antara lain selalu tergenang air, mudah rusak (fragile), memiliki kesuburan rendah, dan bersifat kering tak balik (irreversible). Ekosistem gambut bergantung pada kondisi basah (waterlogged) untuk mempertahankan keseimbangannya. Tanah gambut sangat rentan terhadap kerusakan, terutama jika dikeringkan atau dibuka untuk aktivitas manusia. Kandungan nutrisi di tanah gambut umumnya rendah, sehingga kurang cocok untuk pertanian konvensional. Jika gambut dikeringkan, sifat alaminya sulit dipulihkan dan dapat menyebabkan kerusakan permanen. Hutan gambut di Indonesia umumnya ditemukan di antara dua aliran sungai besar, dengan bentuk lahan (landform) seperti dataran rawa pasang surut, dataran gambut, dan kubah gambut (dome). Berdasarkan posisi dan sumber airnya, gambut dibedakan menjadi dua jenis: gambut topogen dan gambut ombrogen. Gambut topogen terletak dekat dengan tanggul sungai dan dipengaruhi oleh luapan air sungai, sedangkan gambut ombrogen terletak di pedalaman dan hanya bergantung pada air hujan. Kedua jenis gambut ini membentuk ekosistem yang kaya akan keanekaragaman hayati dan memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan.
Hutan gambut tropis memiliki peran yang sangat penting, baik secara ekologis maupun sosial-ekonomi. Salah satu fungsi utamanya adalah sebagai penyimpan karbon. Hutan gambut menyimpan karbon dalam jumlah besar. Jika terjaga, gambut dapat membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dan mitigasi perubahan iklim. Namun, jika rusak atau terbakar, gambut justru melepaskan karbon dalam jumlah besar ke atmosfer. Selain itu, gambut berfungsi sebagai pengatur siklus air. Gambut berfungsi sebagai penyimpan air alami yang dapat mencegah banjir di musim hujan dan menyediakan air di musim kemarau. Hutan gambut juga menjadi rumah bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan endemik, seperti orangutan, harimau Sumatra, dan burung langka. Masyarakat lokal memanfaatkan hutan gambut untuk mencari ikan, hasil hutan non-kayu, dan kegiatan pertanian tradisional.
Meskipun memiliki banyak manfaat, hutan gambut tropis di Indonesia menghadapi berbagai ancaman serius. Alih fungsi lahan menjadi salah satu ancaman terbesar. Hutan gambut sering dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit, pertanian, atau area industri, yang mengakibatkan kerusakan ekosistem. Kebakaran hutan juga menjadi masalah serius, terutama di musim kemarau. Kebakaran gambut dapat melepaskan karbon dalam jumlah besar dan menyebabkan kabut asap yang berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungan. Eksploitasi berlebihan, seperti penebangan liar dan pengambilan sumber daya alam secara tidak terkendali, dapat merusak keseimbangan ekosistem gambut.
Untuk menjaga kelestarian hutan gambut tropis, diperlukan langkah-langkah strategis dan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta. Penerapan teknologi ramah lingkungan adalah salah satu solusi yang dapat dilakukan. Menggunakan teknologi yang sesuai untuk mengurangi dampak negatif pada ekosistem gambut, seperti sistem kanal blocking untuk menjaga kelembaban gambut. Pengelolaan berkelanjutan juga penting dilakukan. Mengelola hutan gambut dengan cara yang menjaga keseimbangan ekosistem, misalnya melalui pertanian ramah gambut atau agroforestri. Perlindungan hukum perlu diperkuat untuk mencegah kerusakan dan eksploitasi berlebihan. Edukasi dan kesadaran masyarakat juga harus ditingkatkan. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya hutan gambut dan melibatkan mereka dalam upaya pelestarian.
Hutan gambut tropis Indonesia adalah aset berharga yang memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Namun, ancaman seperti alih fungsi lahan, kebakaran, dan eksploitasi berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan yang berdampak luas. Oleh karena itu, upaya pelestarian dan pengelolaan yang bijaksana sangat diperlukan untuk memastikan bahwa hutan gambut tetap lestari dan dapat terus memberikan manfaat bagi generasi sekarang dan mendatang. Dengan kerja sama semua pihak, kita dapat menjaga hutan gambut tropis Indonesia sebagai warisan alam yang berharga bagi dunia.